Jakarta, CNBC Indonesia – Pada sesi I perdagangan Jumat (15/9/2023), terjadi penurunan kuotasi sebagian besar emiten batu bara dilatarbelakangi berulangnya penurunan harga batu bara pada lelang Kamis lalu.
Hingga pukul 09:46 WIB, dari 20 stok batubara Indonesia, 11 saham melemah, enam saham dalam tren stagnan, dan tiga saham sisanya menguat.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada sesi pertama perdagangan hari ini.
Membagikan | Kode stok | Harga terakhir | Mengubah |
Baramulti Suksesarana | BSSR | 4160 | -6,73% |
Alfa Energi Investama | API | 64 | -3,03% |
Sumber Daya Bumi | BUMI | 132 | -2,94% |
Delta global yang berkembang pesat | DOID | 418 | -1,88% |
Sumber Daya Atlas | ARIA | 334 | -1,76% |
Adaro Energi Indonesia | ADRO | 2860 | -1,72% |
Energi Indica | INDI | 2070 | -1,43% |
Adaro Mineral Indonesia | ADMR | 1410 | -1,40% |
ABM Investama | ABMM | 3960 | -1,25% |
Indo Tambangraya Mega | ITMG | 29.075 | -0,94% |
Bukit Assam | PTBA | 2870 | -0,69% |
Sumber Daya Bayan | BYAN | 19 325 | 0,00% |
Investasi Energi TNK | IATA | 57 | 0,00% |
Energi Elang Emas | SMMT | 1145 | 0,00% |
TBS Utama Energi | TOBA | 340 | 0,00% |
Alat Olah Raga Borneo untuk Sukses | BOS | 50 | 0,00% |
Prima Andalan Mandiri | MKOL | 4600 | 0,00% |
Traktor Bersatu | ONTR | 27 425 | 0,09% |
Energi Harum | SAMPAH MASYARAKAT | 1805 | 0,28% |
Mitrabara Adipperdana | MBAP | 5.475 | 2,34% |
Sumber: RTI
PT Baramulti Sukses Sarana Tbk (BSSR) memimpin koreksi saham batubara Indonesia hari ini dengan ambles 6,73% ke Rp 4.160 per saham.
Sementara itu, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) menjadi pencetak keuntungan terbesar di antara saham-saham batubara, naik 2,34% ke Rp 5.475 per saham.
Harga batu bara global kembali turun setelah mencapai rekor tertinggi dalam empat bulan dan naik selama tiga hari berturut-turut.
Menjalankan data dari RefinitifBatubara ICE Newcastle untuk kontrak Oktober ditutup menguat 1,82% menjadi US$164,95 per ton pada perdagangan Kamis pekan lalu. Koreksi tersebut terjadi setelah harga pasir hitam mencapai level tertingginya sejak 8 Mei 2023 atau empat bulan terakhir.
Faktanya, harga batu bara menunjukkan kinerja cemerlang di bulan Agustus, naik 12,49%, kenaikan bulanan tertinggi sepanjang tahun 2023.
Sentimen utama koreksi harga batu bara kali ini disinyalir karena Bank Sentral Eropa (ECB) kembali menaikkan suku bunga acuannya ke level tertinggi dalam 22 tahun, yakni 4,5%.
Keputusan ini didasarkan pada revisi perkiraan inflasi di Uni Eropa (UE) yang semakin memburuk dan akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang cukup lama. Menurut perkiraan kantor pusat makroekonomi UE, inflasi pada tahun 2023 diperkirakan sebesar 5,6% dan akan turun pada tahun depan menjadi 3,2%.
Namun nilai tersebut masih tinggi mengingat target inflasi berada pada angka 2%. Usulan kenaikan harga tersebut didasarkan pada harga energi yang terus meningkat belakangan ini.
Suku bunga yang lebih tinggi akan mempengaruhi tingkat agresivitas industri sehingga konsumsi energi juga akan menurun. Uni Eropa sebagai lima konsumen batu bara terbesar tentunya berdampak pada penurunan harga batu bara akibat kemungkinan melambatnya produksi industri.
Terjadi juga penurunan harga gas alam Eropa sebagai sumber energi pilihan Eropa dan pengganti batu bara. Harga gas alam Eropa TTF Belanda UE (EUR) terkoreksi lagi sebesar 3,8% menjadi €35,4/MWh.
Koreksi harga gas Eropa juga didorong oleh pulihnya pembangkit listrik tenaga angin dan pembangkit listrik tenaga nuklir Perancis yang mulai pulih.
Menurut data LSEG yang dikutip Reuters.
Di Asia, produsen batu bara terbesar di dunia, Tiongkok, tampaknya mengalami kelebihan pasokan menjelang musim dingin. Produksi Tiongkok yang menggunakan batu bara asing mengalir ke pelabuhan-pelabuhan Tiongkok, dan pangsa pembangkit listrik tenaga air mulai pulih seiring dengan berakhirnya gelombang panas di Tiongkok.
Faktor-faktor ini juga berkontribusi terhadap rendahnya harga energi. Pasokan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat harga jika tidak diimbangi dengan permintaan yang kuat.
RISET CNBC INDONESIA
[email protected]
Penolakan tanggung jawab: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berdasarkan pandangan Riset CNBC Indonesia. Analisis ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembaca membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada di tangan pembaca dan kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul akibat keputusan ini.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel berikutnya
Dua hari di zona merah: IHSG kembali menguat
(bhd/bhd)
Quoted From Many Source