Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk optimis pertumbuhan kredit akan terus meningkat pada semester kedua tahun ini.
Sebagai informasi, pada semester I tahun ini, emiten bersandi BBRI itu menyalurkan pinjaman sebesar Rp 1.202,1 triliun, naik 8,8% year-on-year (YoY). Segmen UMKM menyumbang Rp1.015,5 triliun atau 84,5% dari total pendanaan.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit perseroan berada di atas rata-rata industri pada semester pertama tahun ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran dana perbankan sebesar 7,76% year on year.
“Kredit kita sudah mengungguli pasar,” ujarnya di Jakarta, Selasa (9/12/2023).
Sunarso mengatakan BBRI masih memiliki ruang untuk alokasi kredit yang lebih agresif pada semester kedua tahun ini, meski likuiditas di industri sedang mengetat. Seperti kita ketahui, inflasi yang terjadi di banyak negara telah memaksa berbagai bank sentral untuk menaikkan suku bunga dasarnya.
Hal ini pada akhirnya mendorong Bank Indonesia mengambil kebijakan moneter ketat. BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 basis poin (bps) menjadi 5,75% untuk periode Agustus 2022 hingga Januari 2023.
Hingga Juni 2023, rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) BRI tercatat sebesar 87,83%, turun 112 bps. Menurut Sunarso, posisi LDR belum maksimal sehingga ia akan berusaha menaikkan pinjaman agar LDR mencapai 90%.
“Saya jawab likuiditas kita sangat aman, tapi belum optimal,” ujarnya.
BRI bertujuan untuk memastikan pertumbuhan kredit tetap sesuai dengan target yang ditetapkan di awal, yaitu 10%-12%, karena dinamika politik.
“Tahun sebelum pemilu pertumbuhan ekonomi 0,25%. Tahun pemilu juga 0,25%,” ujarnya.
Menurut riset BRI, pertumbuhan kredit akan sangat bergantung pada kondisi perekonomian. Penyaluran kredit akan bergerak positif ketika konsumsi rumah tangga meningkat.
Akhir tahun
Salah satu tantangan internal perbankan pada paruh kedua tahun ini adalah tren suku bunga yang tinggi. Pada semester pertama tahun ini, BRI merasakan dampak nyata dari beban bunga yang meningkat 63,7% year-on-year.
Namun bisnis perbankan tetap harus tumbuh di tengah tantangan tersebut. Bagaimanapun, bank mempertahankan keuntungan dengan meningkatkan efisiensi. Tahun lalu BRI mempertahankan biaya dana (biaya dana) atau CoF sebesar 1,9% hingga 1,8%. Tahun ini CoF bank tersebut melebihi 2 persen.
“Jadi CoF naik, margin turun, kita imbangi dengan efisiensi,” kata Sunarso.
Selain itu, BRI mengatasi permasalahan tingginya suku bunga dengan menjaga rasio pendanaan murah atau rendah. rekening tabungan saat ini (CASA). BRI menghasilkan dana murah hampir Rp 100 triliun pada paruh pertama tahun 2023.
CASA adalah sebuah strategi hibrida terapan. Aplikasi BRImo mencatatkan 27,8 juta pengguna dan nilai transaksi sebesar Rp 1,896 triliun, naik 76,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Target keuntungan
Dengan menutup neraca tahun ini, BRI menargetkan bisa membukukan laba antara Rp58 triliun hingga Rp60 triliun. “Kami optimis mampu mencapai target laba sebesar Rp 58 triliun. Ini komitmen kami terhadap tingkat leverage yang tinggi,” kata Sunarso.
Sunarso menjelaskan BRI menargetkan laba Rp40 triliun hingga Rp45 triliun pada tahun lalu.
Realisasi keuntungan pada tahun 2022 sebesar Rp 51,4 triliun. Dengan demikian, laba yang diraih pada semester I tahun ini mencapai lebih dari 50% dari rencana.
Sementara itu, bank mempublikasikan tingkat pengembalian modal atau pengembalian ekuitas (ROE) 23,11% dan laba atas aset (pengembalian aset/ROE) 3,93%.
Dari sisi profitabilitas, Sunarso memperkirakan BRI saat ini memiliki return on equity lebih dari 20% meski dengan modal besar. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan per Juni 2023 berada di angka 26,76% atau jauh lebih tinggi dibandingkan cadangan.
“Saya rasa ini adalah bank yang sangat langka di dunia. Modal kuat dan return di atas 20%,” ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel berikutnya
BRI akan menyalurkan pinjaman Rp 1.202,13 ribu pada semester I 2023.
(mx/mx)
Quoted From Many Source